Selasa, 08 Agustus 2017

Youth Series 2: Untitled 1 (FF Oneshoot BTS Jin)


Youth Series 1
Youth Series 2 

Youth Series 3
Youth Series 4

Youth Series 5
Youth Series 6
Youth Series 7





Youth Series 2: Untitled 1


“Aku runtuh didepan dinding tinggi tersedak kenyataan...”





Pintu flat hitam keunguan itu terbuka.

“a la recherche de qui? (Mencari siapa?)” Wanita tinggi berhidung mancung itu bertanya dari balik pintu.

Seokjin menurunkan masker yang menutupi setengah wajahnya. “Anyeong...”

Brakk!! Pintu flat itu terbanting dan kembali tertutup rapat.

“Mauve-ah, mianhae...”



***



Perlahan tangan Seokjin melepaskan kenop pintu kayu hitam yang baru saja tertutup. Tungkainya melangkah secara otomatis setelah si otak menginstruksi untuk mengikuti bau masakan yang menyeruak indra penciuman. Dia mendapati tubuh ramping dibalut clemek berkutat didepan kompor. Seokjin mengulas senyum singkat sebelum menghampiri dan memeluk gadis itu dari belakang.

“Apa yang kau lakukan Mauve-ah?” Seokjin menyandarkan kepala dipundak Mauve dan menghisap aroma parfum yang menguar dari leher jenjangnya.

“Aku belajar membuat tteokgu (sup kue beras).” Gadis itu menciduk sedikit kuah tteokgu, lalu berbalik, memaksa seokjin melepaskan pelukannya. “Cicipi!” Gadis itu menyodorkan sendok sup kedepan bibir Seokjin.

Seojin menjulurkan lidah dan dan mencicipi kuah tteokgu dengan ujung lidahnya. Mauve menyodorkan lebih dekat, tapi seokjin lagi-lagi menjulurkan lidah dan mencicipi dengan ujung lidahnya.

Mauve berdecak. “Cicipi dengan benar!”

“Ini masih panas.”

Tidak perduli dengan keluhan Seokjin, Mauve mendekatkan lagi sendok sup-nya. Dan akhirnya Seokjin mencicipi layaknya manusia mencicipi makanan pada umumnya.

“Tidak enak.” Komentar Seokjin.

Mauve menciduk lagi kuah tteokgu lalu mencicipinya. “Ku rasa ini enak.”

“Benarkah, coba aku rasakan yang itu.”

“Yang benar saja, rasanya pasti sama, Jin.” Mauve mencicipi lagi sisa kuah dari sendok sup.

Dengan lebut Seokjin menempelkan bibirnya pada bibir merona Mauve. Mauve membuka sedikit bibirnya, memberi akses masuk untuk lidah Seokjin. Untuk beberapa saat lidah Seokjin menjelajahi mulut Mauve, kemudian melepaskannya.

Seokjin mengecap rasa kuah tteokgu yang dia dapat dari mulut Mauve, “Benar, yang itu enak.”



***



Seokjin menutup pintu kayu hitam dibelakangnya. Kali ini indra penciumannya tidak menangkap bau masakan seperti kemarin. Sebagai gantinya, setelah ia memasuki kamar Mauve, indra pendengarannya menangkap suara mendayu-dayu Mauve dari dalam kamar mandi.

Seokjin membuka pintu kamar mandi. Dan mendapati Mauve sedang berendam didalam bathup.

“Hya! Siapa yang mengijinkanmu masuk?” Mauve menghentikan lantunan lagu dari mulutnya.

“Apa aku harus membeli tiket?”

“Tidak, kau boleh ikut mengisi konser. Sini!” Mauve menepi dan menepuk-nepuk ringan air didalam bathup.

Seokjin tersenyum. Dia berjalan menuju bathup, dan menggelamkan tubuhnya yang masih terbalut kaus pink dan jeans abu-abu.

Mauve memposisikan tubuhnya diatas Seokjin. Instan, Seokjin memeluk tubuh Mauve dari belakang, merasakan kehangatan dari setiap inci tubuh telanjang Mauve.

“Sekarang bernyanyilah.” Perintah Mauve.

“Tidak mau.”

Mauve merekatkan tangan Seokjin yang memeluknya, menuntut balik kehangatan dari tubuh Seokjin yang masih berpakaian lengkap. “Kau nyaman seperti ini?”

“Euh...” Seokjin perlahan menutup mata, menenggelamkan wajahnya ditengkuk Mauve. Dia mengantuk, merasa seperti bayi yang sedang ditimang-timang.

“Kalau begitu kita seperti ini saja selamanya.”



***



Pintu flat hitam keunguan itu kembali terbuka. Sepersekian detik berikutnya Mauve menyambar tubuh Seokjin dalam pelukannya. Seokjin pun membalah pelukan Mauve. Sangat erat. Pelukan paling erat yang pernah mereka lakukan.

Mauve merenggangkan pelukan. Bukannya dia sudah enggan memeluk Seokjin, tapi dia ingin merasakan kehangatan lain dari tubuh Seokjin. Mauve memandang lekat bibir merah Seokjin. Tidak seperti Mauve, tanpa berpikir panjang Seokjin mengecup lebut bibir Mauve. Mauve membalasnya. Perlahan bibir mereka membuka, memberi akses untuk saling bertukar saliva. Suara decakan menggema di koridor flat yang sepi. Ciman mereka semakin dalam, saling menuntut balasan dari kerinduan mereka masing-masing. Entah air mata siapa yang menetes, kini pipi mereka basah. Mungkin keduanya menangis, karena tidak sanggup membendung kebahagiaan yang meluap-luap.

“Cher, qui? (sayang, siapa?)” Suara bariton terdengar dari dalam flat. Mauve tersentak. Ia melepas paksa tautannya dengan Seokjin. Tubuh Seokjin mundur dua langkah karena dorongan Mauve. Mauve mengusap kasar basah dipipinya. Dia berbalik. Pintu flat hitam keunguan itu kembali tertutup rapat. Kali ini lebih rapat dari sebelumnya, dan tidak akan pernah terbuka lagi. Setidaknya tidak akan pernah terbuka lagi untuk Seokjin.



***



Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air mata. Namun, seperti ada magnet yang menarik cairan bening itu keluar. Mauve tidak bisa menahannya. Hidungnya memerah, beberapa kali dia menarik nafas kuat-kuat untuk mengembalikan lendir yang mau keluar dari hidungnya. Wajahnya berantakan. Tangannya pun terlihat gelisah diatas meja makan berwarna tosca itu.

Disisi lain meja, Seokjin duduk dalam diam. Pandangannya pun mulai mengabur karena air mata yang membendung. “Mauve-ah, mianhae...” Katanya, sesaat sebelum air mata itu berhasil jatuh.

“Aku menolak pulang ke Paris, karena kau.” Ucapan Mauve bahkan tidak terdengar jelas karena isakkannya. “Aku menolak dijodohkan, karena kau. Aku berubah menjadi anak pembangkang, karena kau. Semudah itu kau mau meninggalkanku?” Suara Mauve melemah pada kalimat terakhir, seolah tidak sanggup untuk mengucapkannya.

“Aku tidak bisa mendapatkan semua yang aku mau sekaligus, Mauve-ah. Aku harus meninggalkan salah satu sembelum aku kehilangan semuanya.” Seokjin menarik nafas dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Lagi pula, setelah ini aku akan benar-benar sibuk. Aku tidak akan bisa menjaga dan menemanimu. Kau akan kesepian.”

“Aku tidak masalah dengan itu.”

“Jika kita terus bersama, kau tau aku bisa batal debut. Kau pasti tidak mau menikah dengan pengangguran, bukan?” Seokjin memalingkan wajah, merasa tidak sanggup untuk mengucapkan kalimat selanjutnya. “Dan soal perjodohanmu, aku menyetujuinya.”

Isakan Mauve kini berubah seperti raungan. Air mata membanjiri pipinya. Ia sudah tidak perduli dengan ingus yang keluar dari hidungnya. Tidak ada niatan untuknya mengusap air mata atau memelankan raungan. Membiarkan matanya mengabur saat dilihat punggung Seokjin melenggang meninggalkannya.





-FIN-

Maaf ye, ini FF awalnya gagal produk. udah Lotus otak-atik sedemikian rupa, dan hasilnya tetep seperti ini. sebenernya ini ga sesuai sama ekspektasi Lotus, tapi ya syudah lah. semoga ada segelintir pembaca yang menyukai FF ini.
Oh ya, temen Lotus ada yang nanyain Enchories Stealth. Entah kalian penasaran apa engga sama FF Fantasi absurd Lotus itu. Kalau seumpama kalian penasaran, Lotus cuma bisa minta maaf, soalnya Enchories Stealth masih hiatus. Sekali lagi maaf kalau mengecewakan, sebagai gantinya Lotus bakal post Youth Series dengan teratur (?). 
Thank you and take care of yourself guys! bye! wait for Youth Series 3! 

Youth Series 3 : Untitled 2, Min Yoongi is here!

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lotus Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang